Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu (QS An-Nuur : 35)
Saat tadi sore baru ingat lagi tulisan ini belum sempat terpost. Tulisan ini makin mantap dipost hari ini karena ada pertanyaan dari seseorang..
“Kenapa kita harus masuk dalam lingkaran tarbiyah/mentoring?”
Tadi sore sejenak mengikuti pembukaan SKOMEN (Sekolah mentor) yang diadakan oleh KAMI Asy-Syifaa’ dan ada materi motivasi tentang mengapa kita sebaiknya menjadi mentor. Mentor disini maksudnya tentu mentoring agama Islam. Materi ini diberikan dengan pembukaan pertanyaan kepada para peserta yang hadir saat itu
“Ingin punya pendamping hidup yang seperti apa?”
Unik. Karena memang langsung memunculkan banyak respon dari peserta, tapi tentu yang paling banyak merespon biasanya ikhwan. Dari jawabannya patuh pada suami, sholehah, sederhana, dan masih banyak hal. Tapi saya setuju karena biasanya akan lebih terbayang bagaimana seseorang yang ideal itu. Itu kepribadian muslim atau sering disebut Muwasaffat Islam.
Mentoring. Masalah dibina dan membina. Mungkin pemikiran itu masuk menjadi pemikiran berat bagi banyak orang. Berat karena berpikiran bahwa iman dan amal ibadah selama ini belum cukup dan belum pantas untuk membina orang lain. Atau…merasa kumpulan orang-orang yang mau dibina adalah orang yang agamanya sudah tinggi. Kenyataannya adalah….
Pada zaman nabi kita, Rasulullah SAW, beliau pun menjalani program mentoring ini dengan para sahabat untuk terus berdiskusi tentang agama. Dari cara sembunyi-sembunyi…kemudian sampai pada masa ini, kita pada masa saat mentoring sudah tidak perlu sembunyi-sembunyi lagi. Kita sebagai manusia menurut saya memang butuh proses dibina itu. Mengapa? Karena kita butuh lingkungan untuk menjadi manusia yang lebih baik. Sebagaimana sudah ada dipikiran masing-masing adalah seharusnya Islam itu dijalaninya secara kafaah. Tidak setengah-setengah. Maksudnya adalah saat kita beragama Islam, segala tingkah laku, pola pikir, santun bicara semua sesuai dengan aturan Islam yang baik.
Ingin menjawab pertanyaan kenapa kita harus mentoring? Kalau saya akan menjawab, saya butuh mentoring. Kenapa? Karena iman saya masih naik turun dan saya butuh lingkungan dimana saya minimalnya merasa malu saat saya berbuat menyimpang dari aturan agama dan karena saya manusia yang mudah khilaf saya butuh untuk selalu diingatkan. Mentoring 1 minggu sekali ini adalah sebuah majelis ilmu yang InsyaAllah dari kita berniat, melangkahkan kaki menuju tempat pertemuan, pembukaan sampai penutup pun banyak malaikat-malaikat Allah yang duduk bersama kita disana.
Mentoring adalah proses kita meraih cahaya. Teteh mentor saya pernah bilang bahwa mentoring ini merupakan salah satu pengali amal ibadah kita. Pengali? Iya, pengali. Karena kita tidak pernah tahu amal ibadah kita itu sudah menjadi amal yang cukup untuk mendapat ridho-Nya dan masuk ke dalam surga-Nya atau tidak. Allah adalah Sang Maha Pemberi Cahaya. Allah akan memberikan cahaya-Nya kepada orang-orang yang Ia kehendaki. Salah satu contoh orang yang diberi cahaya Allah itu adalah Rasulullah SAW. Cahaya Allah tidak serta merta hadir pada kita tanpa kita terus mendekat pada-Nya. Tanpa terus mengingat-Nya. Tanpa terus menambah ketaatan pada-Nya.
Ilmu yang didapat dari mentoring yang kita dapatkan, dapat menjadi bekal kita untuk hidup. Menjalani hidup yang seimbang di segala bagiannya. Salam menjadi pembuka majelis sebagai bentuk saling mendoakan kita sebagai sesama muslim. Ucapan Basmallah menjadi pengembali niat kita untuk meniatkan mentoring ini karena Allah. Tilawah menjadi pembuka mentoring bukan hanya sekedar tilawah tanpa makna. Tilawah dan tadabur ayat menjadi pengingat bahwa Allah sudah begitu murah hati-Nya pada kita manusianya menurunkan Al-qur’an sebagai pedoman hidup yang paling sempurna dan tidak perlu ada keraguan lagi mengenai isinya.
Tanya kabar setelahnya menjadi pengingat tentang kabar kita dalam 1 minggu ini. Sudah sebaik apa kita selama seminggu ini. Pertanyaan kabar fisik menjadi pengingat kita sudah sebaik apa kita menjaga kesehatan kita dan sudah sebersyukur apa kita saat kita diberi kesehatan full 1 minggu ini dari Allah. Pertanyaan kabar ruhani/amalan yaumi menjadi alarm warning bagi kita apakah ibadah kita makin baik? sesuai dengan target amalan yaumikah? apakah bisa terus menambah amalan yaumi yang kita lakukan? atau biasa-biasa saja atau malah cenderung menurun? Dan masih banyak modifikasi tanya kabar-kabar yang lain. Sampai tanya kabar bagaimana keluarganya? Sehatkah orang tuanya? Menjadi warning bagi kita sudah sepeduli apa kita dengan keluarga kita sendiri.
Tidak hanya kabar kita yang disharing di temu mentoring 1 minggu 1x itu. Akan ada sharing kabar dari teman 1 kelompok mentoring kita yang akan kita dengar. Sadarkah kita? Bahwa itu adalah cara kita mau sabarkah kita mendengarkan orang lain? Karena biasanya kalau sudah sharing kabar suka kebablasan jadi banyak curcol. Atau..bisa ditanya bagaimana kabar amanah kuliah atau amanah di kegiatan UKMnya? Hal itu menjadi pengingat saat kita mungkin menjadi orang yang kurang bertanggung jawab pada amanah-amanah itu.
Setelah itu dilanjut dengan materi-materi tentang agama, bisa aqidah, fiqh atau banyak hal yang lainnya. Dengan terus berpedoman kepada Al-qur’an membuka mata kita bahwa Al-Qur’an memang pedoman yang paling lengkap untuk hidup yang bernafaskan Islam. Setelah materi berakhir, ucapan Hamdallah menjadi penutup sebagai bentuk rasa syukur kesempatan dan waktu yang sudah Allah berikan untuk kita menambah ilmu. Istighfar dan doa kifaratul majelis menjadi pengingat bahwa barangkali selama dalam majelis ilmu itu justru hanya melakukan hal-hal yang sia-sia atau ada kesalahan yang kita lakukan dalam majelis itu. Kadang ada yang menambahkan doa rabithah agar kelompok mentoring itu bisa menjadi lebih dekat dan makin mencintai karena Allah satu sama lain.
Begitu indahnya lingkungan mentoring. Hingga Allah lagi-lagi begitu baik memberikan lingkungan indahNya untuk membantu kita merubah diri. Begitu baik memberikan lingkungan indahNya untuk membantu kita meraih cahaya untuk menjadi cahaya. Sungguh tidak ada kerugiannya dari hal itu jika kita memang sungguh-sungguh dengan benar.
Lain lagi dengan menjadi pembina. Dalam hal ini kita akan mempunyai adik-adik yang akan kita bina. Akan kita terus ajak menuju kebaikan. Kita yang akan menggantikan teteh mentor kita untuk memberikan materi. Orang-orang lebih sulit lagi berpikiran hal ini..Karena mungkin memang perannya lebih besar. Tapi..tahukah kenyataannya? Sebenarnya..mereka yang menjadi mentor bukan orang-orang yang sudah tinggi ilmu atau amalan ibadahnya. Justru mungkin yang paling lemah. Mengapa? Karena orang-orang tersebut merasa lemah mereka mencari cara untuk menjadi kuat dengan menjadi mentor. Misalnya? Saat pementor mendukung atau menjadi pendorong peningkatan amalan yaumi adik menteenya, sebenarnya mereka sedang menasihati dirinya sendiri untuk ikut belajar dan kalau bisa lebih dari itu. Mereka mungkin yang paling lemah karena mereka tahu mereka lebih sering khilaf dari manusia yang lain maka dari itu mereka mencari cara untuk menjaga mereka dari hal-hal maksiat. Dan pementor mau tidak mau, suka tidak suka menuntut menjalani proses akselerasi yang lebih jauh dibanding adik menteenya. Tapi akselerasi iman itu yang InsyaAllah akan menjaga mereka.
Pentingnya proses tarbiyah atau proses permentoringan ini untuk akhwat begitu banyak. Karena saya akhwat maka saya ikut sharing hal yang saya tahu tentang urgensi tarbiyah ini untuk akhwat. Dalam hidupnya, peran akhwat begitu banyak. Sebagai anak, istri, ibu, dan juga sebagai pelaku masyarakat. Doa anak yang sholeh adalah doa yang ditunggu orang tua kita karena hanya doa dari anak yang sholeh yang Allah kabulkan. Lantas sudah sholeh sampai manakah kita? Itu adalah salah satu contohnya. Sudahkah kita menjadi anak yang mau membantu orang tua dan berbakti kepada orang kita selama ini?
Peran kita menjadi istri pun bukan perkara mudah jika kita tidak dibina. Percaya atau tidak bukan perkara mudah kita menjadi istri yang taat pada suami. Bukan perkara mudah menjalani hidup satu atap 7 hari, 24 jam bersama orang yang mungkin sebenarnya lebih banyak perbedaannya dengan kita. Dengan mengikuti proses tarbiyah yang terus menerus tanpa henti diharapkan kita tahu hak dan kewajiban kita sebagai seorang istri dan mencari cara bagaimana menyatukan visi dengan suami kita untuk membangun keluarga yang mendapat ridho Allah. Perkara keluarga yang mendapat ridho Allah pun tidak berhenti di hubungan kita dengan suami kita, tapi juga dengan anak-anak kita. Peran kita menjadi ibu dipertaruhkan disini. Pendidikan agama yang baik penting untuk mengarahkan dalam pembentukan moral anak-anak kita sehingga menuntut kita menjadi ibu yang baik dalam proses tarbiyah.
Mengikuti proses tarbiyah ini membuat kita makin sadar. Amal ibadah kita mungkin masih sedikit dan kita butuh amalan-amalan ibadah untuk terus menjadi umat-Nya yang selalu beriman dan bertakwa kepadanya. Terus berusaha menambah amalan ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah hingga menjadi cahaya karena cahaya-Nya karena itulah alasan kita diciptakan Allah ke dunia. Sehingga, proses tarbiyah yang tanpa henti ini yang akan membuat kita meraih cahaya dan menjadi cahaya dengan cahaya-Nya.
Wallahu’alam bishawab
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (QS An-Nahl-125)
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku
(QS Adz-Dzariyat : 56)